Langsung ke konten utama

Move On


aku gak tau harus mulai dari mana, karena sebenarnya aku bingung... move on itu berawal dari mana. ingin aku taruh di bagian awal, namun nanti itu malah dikira sebagai pendaftaran. tapi aku juga takut bila ditaruh di akhir itu akan menjadi pembubaran. ah...... kamu ini. kalau mau tertawa ya tertawa sajalah, jangan ditahan begitu, seperti orang yang duduk sebelahan dengan gebetan saja...

beberapa teman bertanya padaku "lo putus kok happy happy aja sih?" a few months ago. ternyata memang beberapa teman tercipta menjadi penjudge sejati ya, tidak tahu realitanya seperti apa, tapi langsung menilai sebelah mata..

andai teman-temanku tahu.... betapa tersakitinya aku saat berpisah dengan orang yang sangat aku sayangi. andai teman-temanku tahu... betapa hancurnya hati ini sedikit kebahagiaanku harus pergi... andai mereka tahu aku telah menghabiskan banyak tisu di kamarku... andai mereka tahu aku telah menghabiskan berapa liter bensin hanya untuk menghilangkan rasa sedihku... (re: aku tidak minum bensin, maksudnya aku biasa menangis di atas motor, dibalik helm ku. kenapa? karena di jalan sangat bising, dan tidak akan ada yang mendengar. hembusan angin yang melewati tubuhku seakan membawa serta debu-debu kesedihan itu) ea.

bukan aku tidak sedih, kawan. aku sedih... tapi untuk apalah aku cerita pada kalian, yang terbiasa menilai sebelah mata. tadi sudah sebelah mata, sekarang sebelah mata lagi. jadi sekarang kalian bisa melihat dengan kedua mata kalian. alhamdulillah..

seiring waktu berlalu, aku mulai lupa dengan kesedihanku itu... mulai lupa mulai lupa.... hingga saat diceritakan lagi. hatiku sudah biasa saja.. 
andai dulu aku menceritakan kesedihan pada kalian, mungkin kalian akan terus mengingatnya bukan? dan malah mengejek aku.. kalian kan kaya kampret. wkwkwk.. kalian yang aku maksud disini adalah teman-teman, bukan sahabat.



sekian.
warm regards,
Dhini!

Komentar

  1. halo dhini,

    kedewasaanmu terlihat dengan bagaimana kamu menghadapi dan menyikapi masalah yang kamu hadapi.Gunakan masa muda mu dengan baik, jangan galau-galau! haha. Semoga kamu selalu dikelilingi dengan teman-teman yang mempunyai motivasi dan semangat hidup yang sama.

    Good Luck!!

    BalasHapus
  2. Wakakak.. si enci jombs again, gpp nci fokus buka toko sembako lagi aja ncii, mungkin diriku sebagian dari teman mu itu wkwk..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Menjadi Surveyor untuk Pilgub

Seiring dengan diadakannya Pilgub DKI Jakarta beberapa waktu lalu, banyak lembaga survey yang melakukan penelitian untuk melihat bagaimana jejak pendapat dan persepsi masyarakat terhadap Pilkada DKI Jakarta. Penelitian ini nantinya berujung pada hasil elektabilitas calon pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur. Nah disini gue mau cerita pengalaman menjadi surveyor di lembaga survey. Awalnya diajak sama temen. Dia ini sering ikut gabung ke kerjaan yang gak terlalu terikat banget, freelance lah istilahnya. Berhubung lagi liburan kuliah, jadi coba-coba aja ikutan biar tau. Oke langsung cerita ke pengalaman menjadi surveyor di Indikator dan CSIS. 1. Surveyor di Indikator.   Ikut workshopnya dulu di deket kampus. Semua surveyor diajarin gimana teknis di lapangan, cara menggunakan aplikasi, pembagian surat tugas, wilayah kerja, kuesioner, souvenir , dan uang transportasi. Waktu kerja lapangan dibatasin, pokoknya tanggal sekian adalah waktu pengembalian berkas ke panitia. Kerjany

Jakarta dan Kemacetan

Tinggal di ibukota mengharuskan kita untuk gerak cepat, melakukan hal-hal seefisien dan seefektif mungkin. Tapi, akhir-akhir ini gue merasa semakin lama Jakarta semakin penuh, terutama dipenuhi oleh kendaraan. Memang betul kemacetan bukan hal baru lagi.. Gue udah pernah ngerasain rasanya jam 10 malem masih kena macet di Kuningan. Tapi sekarang, ujungnya banget Jakarta Selatan juga udah macet. Sebelum liburan kenaikan kelas, anter adik berangkat ke sekolah trus kembali ke rumah cuma 20 menit. Setelah masuk tahun ajaran baru, menjadi 40 menit karena stuck kena macet 20 menit di jalanan yang panjangnya tidak lebih dari 100m. itu jarak dekat, lain lagi ceritanya sama kakak senior gue yang pulang dari tempat kerjanya di Jakarta Pusat, ke Bekasi sampe 2 jam. Berangkat 2 jam. Total 4 jam hanya untuk mobilitas! Bila ditotal, seandainya manusia hidup 60 tahun, berarti 10 tahunnya dipake buat berangkat-pulang kerjaaaa. Oh nooooooo!!!! Disini gue bukan mau bikin tulisan untuk menj

Tantangan Perekonomian Global di Abad ke-21

Kalangan bisnis menghadapi sejumlah tantangan perekonomian yang penting abad ini. Seiring dengan perekonomian Negara-negara di seluruh dunia yang menjadi kian berkaitan, maka pemerintah dan perusahaan harus bersaing di seluruh dunia. Meskipun tidak ada satu pun orang yang dapat meramalkan masa depan, baik pemerintah maupun perusahaan kemungkinan perlu untuk memenuhi berbagai tantangan guna mempertahankan daya saingnya secara global. Terdapat lima tantangan yang akan dihadapi : 1.       Dampak ancaman terorisme internasional yang terus berlangsung pada perekonomian, 2.       Pergeseran ke arah ekonomi informasi global, 3.       Menuanya populasi dunia, 4.       Kebutuhan untuk memperbaiki mutu dan layanan pelanggan, dan 5.       Usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan bersaing dari tenaga-tenaga kerja di setiap Negara. Sedangkan menurut Bank Dunia, menyatakan bahwa terdapat lima tantangan yang akan di hadapi perekonomian Global setelah terjadi beberapa kali krisis Finans