Masjid Istiqlal - via Flickr.com
Bulan Ramadhan adalah bulan yang
paling dinantikan oleh umat Muslim, karena bulan ini memiliki keistimewaan dibanding
bulan-bulan lainnya.
Semua umat Muslim harus berpuasa selama 1 bulan penuh -menahan diri dari makan dan minum serta
segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga
terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan
seorang muslim.
Waktu bulan puasa tahun lalu, aku
lebih banyak menghabiskan bulan Ramadhan di rumah, dan ngabuburit ke mall. Tiap
berencana untuk pergi ke tempat wisata, ujungnya tidak jadi karena takut kelelahan
sampai membatalkan puasa. Selepas sahur, kadang di TV menayangkan wisata religi
ke berbagai masjid di belahan dunia. Hal itu yang membuat aku kepikiran untuk
mencoba ngabuburit ke masjid yang agak jauh dari rumah, tapi tetap terjangkau
dan tidak melelahkan.
Setelah mempertimbangkan masjid mana yang
akan dijadikan tujuan, akhirnya keputusan aku jatuh ke Masjid Istiqlal di
daerah Jakarta Pusat. Lokasinya yang berada di pusat kota, membuat aku untuk
memilih Transjakarta sebagai sarana transportasi. Tinggal cari Koridor yang
terdekat di [Daftar Koridor Transjakarta], lalu naik bus yang rutenya sampai ke halte Juanda -halte terdekat dari Masjid
Istiqlal. Dengan tiket seharga Rp 3.500,- bisa puas kemana saja dengan
Transjakarta. Aku pilih turun di Monas, lalu dilanjut dengan naik bus wisata
Jakarta Explorer dari seberang halte Monas. Bus tingkat ini beroperasi dengan
menelusuri ikon dan landmark yang ada di kota Jakarta.
Setiba di Halte Monas, jalan sedikit
sampai di pemberhentian City Tour di depan Museum Gajah. Hanya perlu menunggu
sekitar 10 menit saja sampai busnya datang. Kita bisa melihat-lihat pemadangan sekitar
sambil dipandu oleh pemandu wisata yang menjelaskan sejarah penamaan tempat
yang dilalui.
4 pemberhentian sudah dilalui, sampailah
di Halte Juanda. Suasana religinya mulai terasa ketika terdengar lantunan ayat
suci Al-Quran dari toa masjid. Di pelataran masjid terlihat para pengunjung
yang mengambil foto, banyak juga yang berjualan aneka takjil, peralatan ibadah,
dan lain-lain. Masjid Istiqlal
dikenal dengan kemegahan bangunannya. Masjid Istiqlal bertingkat 5, tentu
sangat langka di Jakarta. Luas bangunannya hanya mencapai 26% dari kawasan seluas 9.32 hektare, yang selebihnya adalah halaman dan
pertamanan. Masjid ini memliki komponen bangunan yang disesuaikan
dengan keislaman. Misalnya, terdapat 6 pintu gerbang masuk masjid yang diberi
nama Asmaul Husna, dan menara dengan tinggi 6.666 cm yang merupakan simbol
jumlah ayat dalam Al-Quran.
Masjid Istiqlal merupakan salah satu
destinasi wisata religi popular di Jakarta. Banyak orang dari berbagai daerah yang
datang ke Masjid ini. Daya tampung jamaahnya yang mencapai 200.000 orang,
membuat masjid ini mendapatkan gelar kebangsawanannya, yaitu masjid terbesar se
Asia Tenggara. Di sekitaran Masjid Istiqlal terdapat beberapa hotel dan
festival jajanan yang bisa dijadikan tempat singgah.
Fasilitas yang terdapat di Masjid Istiqlal antara lain sarana peribadatan, sarana olah raga, tenaga listrik, sistem udara dan multimedia, pendingin udara, keperluan untuk bersuci, perpustakaan Islam, poliklinik, madrasah, bedug raksasa, hingga koperasi karyawan dan jamaah Masjid Istiqlal. [Sumber: Wikipedia]
Khusus di bulan Ramadhan, setiap hari
ada ceramah dari para pemuka agama di tanah air. Lokasinya berada di tengah
masjid, sehingga tidak akan mengganggu orang yang ingin melakukan ibadah.
Ketika menjelang saatnya berbuka,
jamaah berkumpul di pelataran lantai 2 untuk berbuka puasa bersama. Semua duduk
berhadapan, kemudian panitia masjid membagikan nasi kotak. Saat adzan berkumandang
usahakan minum dan makan makanan kecil saja untuk sekadar membatalkan. Karena jeda
waktu dari bedug dibunyikan hingga sholat dilaksanakan tidaklah lama. Belum lagi
harus turun ke lantai 1 untuk mengambil air wudhu yang tentu saja antre karena
banyaknya pengunjung. Intinya, perlu kiat khusus agar bisa beribadah tepat
waktu.
Setelah
sholat maghrib berjamaah, saya makan dan lanjut pulang. Tidak ikut tarawih
karena khawatir sampai rumah terlalu malam. Kuturuni anak tangga, lalu hendak
mengambil alas kaki yang tadi dititipkan. Menurutku, lebih efisien bila kita
membawa plastik dari rumah, dan menyimpan sepatu di dalam tas. Hal ini akan
lebih menghemat waktu, melihat antrean ambil sepatu yang hanya diurus oleh
seorang petugas.
Keluar dari masjid, terlihat banyak
penjual menjajakan dagangannya. Mungkin bisa disebut dengan bazar Ramadhan,
karena sebagian barang yang dijual adalah alat sholat, pakaian muslim, AlQuran,
tasbih, dan sebagainya.
Keluar pelataran Masjid, bus wisata
Jakarta Explorer sudah banyak yang ngetem
di depan. Akupun naik bus itu sampai di Monas, lanjut dengan naik Transjakarta
sampai di rumah.
Sekiranya itulah ceritaku mencoba
ngabuburit ke masjid yang agak jauh dari rumah, yaitu Masjid Istiqlal. Sangat menyenangkan
bisa berbuka puasa di sana, berkumpul bersama saudara lain yang sama-sama
sedang beribadah. Berwisata religi di Masjid ini adalah hal yang bisa kamu
jadikan destinasi. Jangan lupa juga mengunjungi www.genpi.co untuk melihat destinasi lainnya!
Perbanyaklah jalan-jalan agar kamu semakin
menyadari bahwa Indonesia itu indah J
pengalaman yang sungguh menarik !
BalasHapus