Langsung ke konten utama

Postingan

Wisata Religi di Masjid Terbesar se-Asia Tenggara #PesonaRamadan2018

Masjid Istiqlal - via Flickr.com Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling dinantikan oleh umat Muslim, karena bulan ini memiliki keistimewaan dibanding bulan-bulan lainnya. Semua umat Muslim harus berpuasa selama 1 bulan penuh - menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam  matahari , dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang  muslim . Waktu bulan puasa tahun lalu, aku lebih banyak menghabiskan bulan Ramadhan di rumah, dan ngabuburit ke mall. Tiap berencana untuk pergi ke tempat wisata, ujungnya tidak jadi karena takut kelelahan sampai membatalkan puasa. Selepas sahur, kadang di TV menayangkan wisata religi ke berbagai masjid di belahan dunia. Hal itu yang membuat aku kepikiran untuk mencoba ngabuburit ke masjid yang agak jauh dari rumah, tapi tetap terjangkau dan tidak melelahkan. Setelah mempertimbangkan masjid mana yang akan dijadikan tujuan, akhirnya keputusan aku jatu
Postingan terbaru

Partner in Crime (?)

Waktu itu, tepatnya pertengahan tahun kemarin, gue lagi pusing-pusingnya nulis skripsi. Alhasil sering ke kampus cuma buat nyari tempat yang asik buat nulis. Kriteria buat nyari tempat skripsian sih gampang: Jauh dari tempat tidur. Soalnya tiap gue ngerjain di meja belajar kamar, bawaannya pengen pindah ke tempat tidur, karena empuk. Bisa ditebak yaah beberapa menit kemudian apa yang terjadi.. posisi berubah jadi rebahan dan ngantuk hingga batal skripsian. Gak ada yang dikenal. Kalo ngerjain di rumah, pasti kan di kamar, tutup pintu. Jadi dikirain gak ada kerjaan. Ibu suka ketok kamar, masuk dan bilang Kalo udah gini pasti gue disuruh ngepel, nyapu, nyuci, atau nganter emak ke pasar. Kalo skripsian sama temen pun kurang efektif banyak ngobrolnya. Serba salahhh! Murah atau minim biaya. Kira-kira skripsian bisa memakan waktu 2 bulan, jadi misal sehari keluar uang buat beli makan sebesar Rp 25.000, maka 2 bulan jadi Rp 750.000. Nah, kalo skripsian yang gratis berarti gue bisa

Pengalaman Menjadi Surveyor untuk Pilgub

Seiring dengan diadakannya Pilgub DKI Jakarta beberapa waktu lalu, banyak lembaga survey yang melakukan penelitian untuk melihat bagaimana jejak pendapat dan persepsi masyarakat terhadap Pilkada DKI Jakarta. Penelitian ini nantinya berujung pada hasil elektabilitas calon pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur. Nah disini gue mau cerita pengalaman menjadi surveyor di lembaga survey. Awalnya diajak sama temen. Dia ini sering ikut gabung ke kerjaan yang gak terlalu terikat banget, freelance lah istilahnya. Berhubung lagi liburan kuliah, jadi coba-coba aja ikutan biar tau. Oke langsung cerita ke pengalaman menjadi surveyor di Indikator dan CSIS. 1. Surveyor di Indikator.   Ikut workshopnya dulu di deket kampus. Semua surveyor diajarin gimana teknis di lapangan, cara menggunakan aplikasi, pembagian surat tugas, wilayah kerja, kuesioner, souvenir , dan uang transportasi. Waktu kerja lapangan dibatasin, pokoknya tanggal sekian adalah waktu pengembalian berkas ke panitia. Kerjany

Jakarta dan Kemacetan

Tinggal di ibukota mengharuskan kita untuk gerak cepat, melakukan hal-hal seefisien dan seefektif mungkin. Tapi, akhir-akhir ini gue merasa semakin lama Jakarta semakin penuh, terutama dipenuhi oleh kendaraan. Memang betul kemacetan bukan hal baru lagi.. Gue udah pernah ngerasain rasanya jam 10 malem masih kena macet di Kuningan. Tapi sekarang, ujungnya banget Jakarta Selatan juga udah macet. Sebelum liburan kenaikan kelas, anter adik berangkat ke sekolah trus kembali ke rumah cuma 20 menit. Setelah masuk tahun ajaran baru, menjadi 40 menit karena stuck kena macet 20 menit di jalanan yang panjangnya tidak lebih dari 100m. itu jarak dekat, lain lagi ceritanya sama kakak senior gue yang pulang dari tempat kerjanya di Jakarta Pusat, ke Bekasi sampe 2 jam. Berangkat 2 jam. Total 4 jam hanya untuk mobilitas! Bila ditotal, seandainya manusia hidup 60 tahun, berarti 10 tahunnya dipake buat berangkat-pulang kerjaaaa. Oh nooooooo!!!! Disini gue bukan mau bikin tulisan untuk menj

Minta Izin Orang Tua

Selamat malam sobat setiaku dimana pun kalian berada. Selamat tahun baru ya!!! Semoga semua resolusi tahun ini yang udah dibuat pas tanggal 31 Desember kemarin tercapai semua. AAMIIN Aku mau cerita, jadi kemarin nginep tahun baruan di rumah salah satu temen KKN yang rumahnya cukup jauh. Kemudian baru izin sebelum berangkat.. seperti biasaaa langsung diizinin. Setelah aku pikir2 & sadari, akhir-akhir ini apapun izin yang aku minta, gak pernah ditanya ini itu sama orang tua. Ga pernah lagi ditanya sedetail : pergi sama siapa, rumahnya dimana, disana sama siapa aja, rundown acaranya, hingga pukul berapa tiba di rumah. Ini lebay ya hahaha oke emang aku nambah2in sendiri. photo by ecolivenews I’m officially 21 st years old… an independent 21 st century woman either. Soooo sebenernya udh jadi pribadi dewasa sejak 3 tahun yang lalu. Ya kan? Udah dikasih kepercayaan penuh sejak lama yang baru kusadari sekarang. Kayak ga pernah lagi diingetin solat (biasanya sampe dim

Kecanduan Medsos

Sekarang kebutuhan pokok manusia bukan hanya sandang, pangan, dan papan. Ada satu lagi yaitu casan. :D Bila kita melihat kehidupan sekitar, misalnya di kampus, pasti ada saja yang membawa charger lalu memanfaatkan stopkontak yang ada di kelas. Iya kan?  Dulu saat gue masih SMP, SMA, awal-awal kuliah, jarang banget bahkan gak ada tuh yang bawa-bawa charger ke sekolah. Emang siiiih hp penting banget digunakan di zaman sekarang, banyak hal jadi terasa lebih mudah dilakukan. Mau ngomong sama seseorang gak perlu ketemu langsung. Mau makan, bisa go food dan langsung dianter ke rumah. Mau belajar tinggal cari bahan di google. Mau ngelamar pekerjaan tinggal apply surat ke perusahaan via email. Mau apa lagi?? Oiya mau belanja gak usah jauh-jauh ke pasar. Yaampuun memang canggih banget nih penemu hp!  Tapiiii…. Segala sesuatu tidak ada yang sempurna. Ibaratnya seperti sebuah koin yang memiliki 2 sisi, pasti ada sisi gelap dan ada sisi terangnya.  Banyak orang mulai kecanduan ga

TRUST

Hal yang selalu kita jalani di dunia ini pasti berawal dari trust. Memilih teman, sahabat, bahkan pasangan hidup, rasanya mustahil bila tidak ada trust di dalamnya. Dalam agama pun, kita tentu punya kepercayaan masing-masing. Bedanya adalah dalam agama digunakan istilah believe yang berarti percaya sejak awal, tidak seperti trust yang munculnya seiring dengan berjalannya waktu. Saat naik angkutan umum, misalnya. Kenapa gue berani naik angkot D01 untuk ke kampus? Apa karna supirnya gue kenal? Tentu tidak. Apa karna gue yakin pasti bisa sampai kampus dengan cepat? Tidak juga. Apa karna gue yakin saya pasti sampai kampus dengam selamat? Belum tentu. Lalu apa gerangan yang membuat gue percaya….? Jawabannya adalah karena terbiasa. Terbiasa bahwa naik angkot bisa sampai dengan selamat, minim resiko, dan yang paling penting… ongkosnya murah =D (maklumin ajaaa, namanya juga mahasiswa yang belum bisa menghasilkan uang sendiri jd harus irit) Saat naik kendaraan, bias